Menelusuri Negeri Tembakau Srintil di Kabupaten Temanggung
Jika
dikatakan dimana negeri tembakau berada,
maka Tlogomulyo rajanya. Hal ini terbukti ketika pengamat melewati perjalanan di ruas
jalan Trasahan yang berbatu , terlihat pemandangan kebun tembakau yang mengapit
jalan itu. Hal memukau ini seakan-akan menjadi pengalaman yang sangat berharga
bagi pengamat untuk bersemangat menggali terus sebenarnya apa yang menjadi
motivasi masyarakat untuk menjadikan
kebun mereka dibungkus oleh plastik putih yang didalamnya adalah tembakau.
Awalnya, pengamat sempat ragu pada hari pertama disaat berkeliling Tlogomulyo, ternyata tidak ada
tanda bahwa tembakau menjadi kebanggaan daerah ini. Yang ada hanyalah persawahan
yang ditanami padi beserta mina padi yang menjadi komoditas untuk perikanan. Tidak
hanya itu, sistem persawahan di daerah ini cukup bagus, hal ini dikarenakan
terlihat tulisan PNPM mandiri yang tertera di batu pinggigiran sawah dimana
merupakan sebuah bantuan dari pemerintah berupa irigasi. Tak heran sistem
irigasi tersebut cukup lancar dan mampu mengaliri persawahan di daerah ini. Pemandangan
seperti ini pengamat bisa dapatkan disepanjang jalan yang melewati desa
Tanjungsari, Kerokan, Balerejo, Sriwungu, dan Candisari. Tidak puas sebenarnya
dan kenapa terdapat padi bukan tembakau sehingga membuat pengamat mewawancarai staff
kecamatan, pak Wahid.
“Mata
pencaharian paling utama adalah tembakau, namun pemerintah mengantisipasi
dengan adanya diverifikasi tanaman. Sehingga itu akan memberikan stimulan
kepada petani.”Kata pak Wahid.
Dari
wacana diatas, terjawab sudah bahwa memang diverifikasi tanaman berpengaruh besar
terhadap karakterisitik transisi tanaman tembakau. Adapun tanaman yang ditanami
selain tembakau yaitu pada cabai, sayur-sayuran dan jagung. Dan terdapat fakta
lagi jenis pertanian di Kecamatan Tlogomulyo terbagi menurut jenis litologi
yaitu daerah atas dan daerah bawah. Pada saat survey memang terlihat, pada
daerah atas merupakan jenis pertanian tembakau dan sayur-sayuran menjadi
komoditas utama. Sedangkan pada daerah bawah yaitu komoditas pertanian dan
Cabai. Hal ini juga didukung oleh hasil
wawancara dengan pak Wahid mengenai fakta ini. Hal ini dipengaruhi oleh jenis
tanah dan penyinaran yang berbeda pada macam daerah tersebut.
Ada
hal yang paling mengesankan selain padi dan tanaman sayur-sayuran yaitu mina
padi. Terlihat air yang melimpah di sekitar sawahan dengan jenis ikan
berkeliaran di sektitar mina padi tersebut, membuat pengamat untuk menelusuri
desa mana saja yang menghasilkan mina padi seperti itu. Di sepanjang survey
pada hari kedua, ternyata Desa Sri wungu
dan Tanjung sari memang banyak menjadi sistem perikanan dipersawahan. Namun
sayangnya hasil komoditas ini bukan menjadi hasil komoditas utama di Desa-desa
ini. Hasil perikanan ini hanya menjadi Seperti yang dikatakan oleh Bu Sri,
seorang Ibu rumah tangga usia 42 tahun di Desa Sriwungu yang juga merupakan
pemilik mina padi di RT 4/RW4. Adapun jenis ikan yang dikembangkannya yaitu
ikan bawal dan mujair. Hal yang menjadi kendala untuk mengambangkan komoditas
perikanan yaitu dengan adanya penyakit ikan yang menular. Sehingga dapat
dikatakan pengembangan perikaanan di Kecamatan Tlogomulyo tidak berkembang dan
bukan merupakan komoditas utama.
Pada
saat pengamat melihat-lihat karakteristik di bagian atas yaitu Desa Pagersari,
Desa Losari, Legoksari, Gededegan, dan Kalitilir, terdapat bentangan rumah yang
besar-besar dan bertingkat di sepanjang jalan menuju ke sana. Apa yang menjadi
gerangan pada kondisi kelerengan yang terlihat begitu curam, daerah ini sangat
terlihat perbedaan dengan daerah bawah yang rumahnya sederhana bahkan ada yang
kecil. Terlihat rumah mewah yang setara dengan rumah pejabat. Bahkan ada rumah
Yang mempunyai CCTV di setiap sudutnya.
Tidak
puas kenapa bisa ada perbedaan seperti ini, membuat pengamat dan teman-teman
lainnya untuk mewawancarai salah satu kepala desa di Desa Legoksari. Ini juga
menjadi salahsatu rekomendasi dari kepala desa lainnya, dikarenakan desa
legoksari merupakan desa yang penghasil tembakau terbaik se-Temanggung, Pak
syarif. Beliau mengatakan bahwa rata-rata pekerjaan di Desa legoksari ini
merupakan petani Tembakau dengan rata-rata penghasilan yang tinggi.
“Ini
merupakan sebuah anugerah dari tuhan kerena memberikan tanah di Desa Legoksari
sangat cocok untuk temabakau. Jika tanah ini ditanami dengan jenis tanaman
lainnya maka tidak akan cocok. Karena tanah disisni bergambur dan pasir serta
hanya cocok untuk temabakau” kata Beliau.
Kami
kebingungan sebenarnya Srintil yang disampaikan bapaknya kenapa bisa mempunyai
untung yang sangat tinggi. Sehingga pada akhirnya bapaknya mengajak kami untuk
melihat bagaimana bentuk Srintil tersebut. Pada saat pergi ke rumah pak kepala
desa, pangemat melihat bahwa di setiap rumah tampaklah sebuh fanatisme penduduk
di desa ini dengan sebuah tulisan yang benar-benar mendukung tembakau.
Ternyata
tembakau mengandung Srintil yang ditunjukan oleh bapaknya benar-benar terlihat
perbedaanya dengan tembakau biasanya. Bapaknya mengatakan bahwa penjualan
srintil termahal yaitu sekitar 900 rbu pada tahun 2009 dan termurah tahun 2012
yaitu seharga 300 ribu per kilo. Dapat dibayangkan betapa besarnya keuntungan
yang dihasilkan oleh setiap penduduk di Desa Legoksari dengan hanya menjual
Tembakaunya. Hal ini menjadi alasan kenapa semua masyarakat berbondong-bondong
untuk menanam tembakau selain kecocokan tanah dengan tembakau.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang terjadi karena adanya ketimpangan
antara daerah yang menghasilkan tembakau srintil dan daerah yang tidak menghasilkannya.
Sehingga permasalahan ini berdampak juga terhadap perbedaan keinginan dan
lifestyle antara setiap desa. Karena sadar akan keuntungan tembakau itu membuat
msayarakat mendewakan tembakau. Pada akhirnya jika panen gagal maka
kemiskinanpun akan muncul. Disamping itu, adanya perluasan tembakau berdampak
juga terhadap degradasi lahan.
Komentar
Posting Komentar